ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SMA NEGERI 1 MATANGNGA
Latar Belakang
Budaya Positif
merupakan suatu pembiasaan yang bernilai positif, mengandung sejumlah kegiatan
yang mampu menumbuhkan karakter pada anak. Penerapan budaya positif di sekolah
membutuhkan keterlibatan seluruh warga sekolah dengan kolaborasi dan
konsistensi yang baik. Budaya positif
mengandung penerapan nilai-nilai kebajikan universal yang ingin dituju. Dalam
mewujudkan budaya positif di sekolah perlu adanya disiplin positif.
Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan dalam konteks pendidikan, untuk
menciptakan murid yang merdeka, harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang
dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Lebih lanjut,
merdeka yang dimaksud oleh Ki Hajar Dewantara adalah merdeka yang tidak hanya
terlepas dari perintah, tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri.
Tujuan kita sebagai
pendidik adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga
mereka berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan
memiliki motivasi intrinsik. Dengan demikian, budaya positif di sekolah akan
terwujud.
Penerapan Budaya Positif
telah diperkenalkan di SMA Negeri 1 Matangnga melalui sosialisasi kepada seluruh
warga sekolah. Dalam kegiatan sosialisasi memaparkan disiplin positif, teori
motivasi, nilai-nilai kebajikan universal, dan kebutuhan dasar manusia. Dalam
sosialisasi tersebut juga dijabarkan mengenai Keyakinan Kelas dan Restitusi
yakni lima posisi kontrol dan segitiga restitusi.
Sebagai bentuk Aksi
Nyata dalam penerapan Budaya Positif, telah dilaksanakan pembuatan keyakinan
kelas di SMA Negeri 1 Matangnga. Pembuatan keyakinan kelas dilatarbelakangi
oleh keadaan yang tampak dalam lingkungan sekolah. Keadaan di lingkungan kelas
dan sekolah belum memberi kenyamanan untuk belajar dengan kebiasaan peserta
didik membuang sampah sembarangan, kurang menaati tata tertib sekolah, serta
kurangnya rasa saling menghargai, tolong menolong, dan rasa tanggung jawab
dalam diri siswa.
Oleh karena beberapa hal yang tampak tersebut maka dibuat lah keyakinan kelas. Keyakinan kelas dibuat berdasarkan hasil curah pendapat antara guru dan seluruh siswa di kelas tersebut. Keyakinan kelas ini diharapkan dapat mewujudkan Budaya Positif di lingkungan sekolah, khususnya di SMA Negeri 1 Matangnga.
Tujuan
Tolok Ukur
Tolok ukur keberhasilan dari kegiatan ini yaitu adanya keyakinan kelas, ruang kelas dan sekolah bersih, sehingga terbentuk lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Dari kegiatan ini diharapkan peserta didik memiliki karakter yang baik. memiliki rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi dalam melakukan kebaikan dan mampu menerapkan dan menjaga komitmen yang telah disepakati bersama.
Linimasa Tindakan yang
Saya Lakukan
Ø Pertemuan
pertama di kelas : Mengenalkan budaya positif dan memberi contoh sikap-sikap
budaya positif di kelas dan di luar kelas. Menanyakan pendapat murid tentang
berbagai contoh budaya positif.
Ø Pertemuan kedua di kelas : Membuat keyakinan kelas "Kami akan menjaga kebersihan lingkungan belajar"
Ø Pertemuan
ketiga: mensosialisasikan keyakinan tersebut kepada wali kelas dan manajemen
sekolah dalam hal ini Wakasek Kesiswaan dan Wakasek Sarpras.
Ø Pelaksaan kegiatan Aksi Nyata (Membersihkan Lingkungan Belajar, kelas, dan sekolah)
Ø Murid
melakukan penilaian diri dan rekan sejawat
Ø Guru melakukan refleksi kegiatan bersama murid
Ø Guru dan rekan guru melakukan refleksi kegiatan bersama
Dukungan
Dalam
pelaksanaan kegiatan keyakinan kelas dukungan yang diharapkan adalah:
Ø Dukungan
keaktifan seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan
murid) melaksanakan kegiatan.
Ø Dukungan
moril dari Komite Sekolah (orang tua murid)
Ø Dukungan sarana yakni tempah sampah yang memadai.
Refleksi Kegiatan
Keyakinan Kelas telah dibuat di seluruh rombongan belajar (kelas X IPS, XI IPS, dan XII IPS) di SMA Negeri 1 Matangnga. Pelaksanaan keyakinan kelas masih berjalan hingga saat ini. Dalam proses pelaksanaannya, peserta didik masih perlu selalu diingatkan terkait keyakinan kelas yang telah disepakati agar dapat menjadi pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di kelas dan sekolah. Tantangan lainnya adalah masih ada peserta didik yang belum ikut andil dalam pelaksanaan keyakinan kelas. Berdasarkan hal tersebut pelaksanaan segitiga restitusi diterapkan.
Selengkapnya saksikan di chanel Youtube:
Kereeen sekali ibu Andriani, semoga sosialisasi budaya positif ini bisa memberi dampak positif bagi guru dan murid.
ReplyDeleteTerima kasih Pak
Delete